Peran Penting Guru Pendamping Dalam Pendidikan Inklusi
KabarBanua.com,Tabalong – Terbatasnya jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berbeda jauh dengan jumlah anak berkebutuhan khusus membuat penyebaran pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tidak merata.
Maka dari itu diperlukan Sekolah Inklusi untuk mendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus. Di Kabupaten Tabalong, untuk sekolah inklusi sudah banyak tersebar di kecamatan mulai dari SD, SMP dan SMA.
Untuk mendukung anak berkebutuhan khusus dalam belajar di sekolah umum, diperlukanlah guru pendamping, sebab peran guru pendamping sangat dibutuhkan secara langsung dengan anak berkebutuhan khusus selama masa prasekolah dan sekolah dasar.
SDN 1,2 Belimbing salah satu sekolah yang sudah lama menerima murid Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan memberikan pendidikan khusus di wilayah kabupaten Tabalong dengan jumlah anak sebanyak 55 orang dan guru pendamping sebanyak 40 orang.
Saat ditemui di ruangannya, Senin (17/12), Kepala Sekolah SDN 1,2 Belimbing Raya, Hj Syamsiah mengatakan untuk ABK diperlukan guru pendamping khusus dalam menanganinya sehingga mereka dapat berkembang maksimal serta memberikan kesempatan ABK untuk mengikuti pendidikan bersama sama dengan peserta didik lainnya di sekolah umum.
“Jadi tujuan dari pendidikan inklusi agar tidak membedakan anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya,karena selama ini saya melihat ABK ini bisa berkembang karena adanya kebiasaan bersosialisasi dengan anak didik lainya.”lanjutnya.
Adapun untuk ABK sendiri yang ingin masuk ke sekolah inklusi kata syamsiah harus menyertakan surat keterangan dari psikolog yang menjadi syarat utama dan bagi orang tua bersedia membayar honor untuk guru pendamping sebesar Rp.300 ribu untuk kelas satu dan dua, dan Rp.350 ribu untuk kelas tiga sampai kelas enam.
Salah satu guru pendamping, Yustinan heni Pendawi mengatakan sebagai guru pendamping sejak tahun 2014 sangat memberikan kesan dan pengalaman menarik dalam mengajarkan dan memberikan kepada ABK di SDN 1,2 Belimbing Raya.
“Sebagai guru pendamping ABK banyak yang saya rasakan ,senang, sedih dan bangga bercampur jadi satu, walaupun awalnya memang susah dan rumit, tetapi kalau kita mulai menyanyangi dan mencintai anak itu akan mudah menjalankan pekerjaan sebagai tenaga pendidik,”ungkap Heni.
Selain itu kata Heni, kalau kita sudah mengerti dan paham setiap perilaku dan kekurangan anak tersebut dan akhirnya dari yang tidak bisa menjadi bisa itu menjadikan kesan dan pengalaman yang sangat berharga menjadi guru pendamping.
Selanjutnya bagi ABK yang sudah naik ke tingkat kelas yang lebih tinggi itu bisa didampingi ataupun tidak didampingi bergantung pada perkembangan si anak, apakah permanen atau temporal. (MC Tabalong/Said)